Sabtu, 20 Agustus 2016

19-See You Later

Karena rindu itu tidak berwujud, dan aku masih tetap duduk dalam diamku.
Kau, masih setia dengan segala kesibukanmu yang semu.

Karena perih itu hanya rasa, dan aku yang merasakannya dalam kerinduan tak berujung.
Kau, masih tetap diam tanpa suara, dengan segala ketidak pekaanmu tentangku.
Tentang kau pun, dan tentang rindu yang membelengguku.
Tentang kita, yang semakin lama semakin tidak menentu.
Dan tentang cinta, yang semakin tipis termakan jarak.

Karena sesal hanya akan datang diakhir, dan aku masih berpikir berulang kali tentang itu.
Kau, masih tetap diam tak peduli, mengacuhkan segala upaya yang aku lakukan.

Aku telah menuliskan segalanya dalam surat yang kini kau pegang.
Tentang perasaanku, dan mengapa aku memilih pergi.

Kau tahu ? Kupikir kau tahu.
Bahwa rindu itu setajam belati, seperih pengkhianatan, dan mematikan laksana racun.

Kau tahu ? Seharusnya kau tahu.
Bahwa aku tidak tahu, tidak benar-benar tahu, tentang rasa sakit yang menggerogoti jiwa.

Hai, kau yang masih duduk diam menggenggam surat yang ku tulis.
Selamat tinggal, ah, bukan, sampai jumpa..
Entah kapan, dimana, dan dengan siapa.

Sampai jumpa di kehidupan berikutnya, atau mungkin masa yang akan datang.
Entah sendiri, berdua, atau dengan keluargamu.

Hai, kau yang masih termenung menatap jendela dengan secarik surat di tanganmu.
Sampai jumpa, entah kapan..
Ku harap kau selalu bahagia.

Best regards,
Yours.

-Jojogan-Pemalang, 26 Juni 2016-

Sabtu, 13 Agustus 2016

18-God Always Know

Hai, masa lalu yang pernah singgah.
Apa kabar ? Ku harap kau selalu baik-baik saja, meski aku tak pernah mengharap kau untuk kembali.
Sudah cukup lama sejak saat itu, ketika kau dan aku memutuskan mengakhiri semuanya.
Ah, bukan kau dan aku, melainkan hanya kau.
Ya, hanya kau.

Jika kau bertanya sekali lagi, benarkah aku masih mengharapkan kau kembali ?
Jawabanku akan selalu sama. Aku tak akan mengharapkan kau lagi.
Tidak akan pernah.

Kau tahu, wahai masa lalu ?
Aku bukan lagi aku.
Aku bukan lagi seorang gadis manis yang polos, yang dengan mudah kau tipu dengan segala janji manismu.

Kau tahu, wahai laki-laki yang pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan percintaanku ?
Aku benar-benar sudah berubah
Menjadi sosok yang berbeda, yang bukan aku.

Karma selalu ada, dan aku percaya, wahai masa lalu-ku yang sempat ku puja dengan sangat.
Dan Tuhan tidak akan tinggal diam.

Kau tahu ? Kadang pembalasan dendam memang lebih menyenangkan, namun aku tidak akan melakukannya.

Kau tahu ? Kadang aku memang masih merindukan hadirmu, namun aku tidak serapuh itu untuk mengemismu kembali.

Tuhan selalu tahu, wahai kau.
Tuhan selalu tahu, meski aku tak tahu tentangku, dan kau tak tahu tentangmu.

Hai, masa lalu.
Ku harap kau masih baik-baik saja setelah apa yang kau lakukan padaku.
Karena Tuhan selalu tahu, dan kau tahu itu.


Sincerely yours,
-Ang-
Jojogan-Pemalang, 30 Juni 2016

Rabu, 08 Juni 2016

17-Karena Rindu

Karena rindu itu tak ubahnya belati bersarung, yang bila sarungnya dilepas dan kau tahan terlalu lama, rasanya akan menyakitkan.
Dan kau tahu apa yang lebih menyakitkan ?
Menahan belati itu agar tidak lepas dari sarungnya
Itu sulit, sangat sulit
Karena kau selalu ada di sekitar lintasan orbitku, melepaskan sarungnya perlahan tanpa aku ketahui

Kau tahu ? Aku merindukanmu sudah lama, cukup lama jika kau penasaran.
Dan aku menahannya, menikmati rasa sakit karena rinduku padamu begitu menyiksa.

Kau tahu ? Di tiap-tiap malam aku menangis, merengek, meracau karena aku rindu.

Aku rindu kau, sialan.
Aku rindu kau, yang bahkan tidak pernah tahu eksistensiku

Jika kau tanya, aku ini siapa ?
Akankah kau percaya jika ku bilang aku pengagummu ?
Yang bertahun-tahun menyimpan cerita, yang kemudian berkembang menjadi rindu

Aku menahannya bertahun-tahun, yang mungkin akan berkembang menjadi puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun
Aku merasakan sakitnya, yang orang bilang itu malarindu

Hai,kau..
Bisakah sekali saja kau berbalik ke arahku ?
Atau...bisakah kau keluar dari lintasan orbitku ?
Agar setidaknya....rasa rindu ini tidak begitu menyiksa.
Atau mungkin tidak...

-520-

Sabtu, 04 Juni 2016

16-Toy

Hai, masih ingatkah kau tentangku ?
Aku yang dulu selalu kau puja, kau bilang aku hidupmu, kau bilang kau mati tanpaku.
Akankah itu masih bisa kau katakan sekarang ?

Lima tahun..
Ini adalah tahun kelima sejak kita memutuskan untuk berpisah.
Ah, atau haruskah aku memperjelas jika kau yang membuangku ?
Setelah semua yang ingin kau lakukan tercapai, dan setelah ia menjadi selangkah lebih dekat denganmu.

Mungkin aku terlalu buta, jika kau hanya mempermainkanku.
Aku terlalu lugu, dengan berpikir bahwa kau berbeda dengan yang lalu lalu.

Kau bahkan tidak pernah peduli dengan perasaanku.
Atau kau hanya pura-pura peduli ?
Ah, mungkin kau hanya pura-pura
Agar semuanya terasa nyata
Agar aku menganggap kau sungguh jatuh cinta padaku.

Selamat ! Kau memang aktor yang baik.
Aku menganggap kau jatuh cinta padaku, dan aku semakin tenggelam dalam perasaan penuh cintaku padamu.

Sungguh, jika kau ingin tahu, rasanya begitu sakit ketika aku tahu bahwa semua yang kau lakukan hanyalah semu.
Fakta bahwa aku hanya kau permainkan, itu sungguh menyakitiku
Tidakkah kau pernah menyadari ?
Atau kau memang tak lagi memiliki hati ?

Ah…
Rasanya begitu rendah ketika mengingatmu.
Aku hanya mainanmu, yang kemudian mampu kau kendalikan.
Bahkan boneka kayu mungkin lebih berharga

Jika kau masih ingat, karma masih ada, dude
Dan aku selalu percaya, kelak akan ada balasannya untukmu

Jika kau ingin bertanya, bagaimana denganku..
Ku pikir namamu sudah aku hapus dari dalam hatiku.
Bahkan tak lagi ada setitikpun tentangmu disini
Ku pikir, sampai kapanpun, aku tidak lagi mampu kau permainkan.
Apalagi dengan sesuka hati.

-Ang-

Rabu, 01 Juni 2016

15-Kau.

Semalam aku memimpikanmu lagi, entah sudah yang ke berapa kalinya.
Kau masih sama, datang padaku dengan senyum merekah, kemudian merengkuhku dalam pelukanmu. “Aku mencintaimu..”, bisikmu. “Aku tahu..”, dan aku menjawab begitu.
Dan kau masih juga sama, tak ingin memberitahuku siapa namamu.

Kau tahu ? Aku mengenal aromamu, sentuhanmu, dan suaramu. Aku tak merasa asing dengan kau, tapi siapa ?
Berulangkali aku bertanya padamu, “Siapa kau ?” dan yang ku terima hanya keterdiamanmu, dan tatapan yang berubah sendu.
“Tak perlu kau tahu aku, babe…Kau harus tahu aku mencintaimu, dengan sangat..”

Banyak yang bilang, saat aku memimpikanmu maka sesungguhnya kau sedang merindukanku. Namun, siapa kau ?
Aku mengenal segala perlakuanmu, namun aku tak mengingat siapa kau.

“Kau..apakah kau bagian dari masa lalu-ku ?”, suatu ketika aku bertanya, setelah sekian lama kau selalu hadir dalam mimpiku.
Dan kau hanya  diam, dengan sepasang lenganmu yang semakin erat memelukku.
“Kau tak perlu tahu, cinta..”, bisikmu, sebelum kemudian kau menghilang, seiring dengan bumi yang memanggilku kembali.

Aku selalu memimpikanmu, bahkan setiap malam. Aku merasa mengenal segala perlakuanmu, namun tak tahu siapa kau. Bahkan aku mulai sering mendengar suaramu, dan seakan melihatmu di depan mataku.

“Sepertinya kau butuh istirahat..”, itu yang orang-orang bilang saat aku bersikeras melihatmu. Dan aku selalu menolak itu.
“Aku sungguh-sungguh melihatnya, namun ia tak sendiri..”, kataku.
Suatu malam aku bertemu denganmu lagi, dalam mimpi. Kali ini aku hanya diam, tak ingin menanyakan apapun, karena kau tak pernah mau menjawab.
“Aku memang bagian dari masa lalu-mu, cinta…”, bisikmu, tak membiarkan aku melihat matamu.
“Kenapa kau memberitahukanku sekarang ?”, aku bertanya, benar-benar hanya ingin tahu.
Dan lagi-lagi kau hanya diam tak menjawab.

Aku masih tidak mengerti, apakah yang ku mimpikan benar adanya. Apakah kau benar masa laluku, atau apakah aku tidak berhalusinasi saat melihatmu merengkuh pinggang seseorang saat lewat di hadapanku.

“Aku pernah menyakitimu dengan sangat, cinta..Dan karenanya aku tak ingin kau tahu siapa aku..”, suatu malam kau berbisik lagi padaku, bahkan tanpa aku memintanya.

Dan seketika aku mengingatmu. Semua tentangmu, tentang baik burukmu. Aku mengingatnya, bahkan hingga titik terlama dalam perjalanan singkat kita.
Kau pernah ada dalam hidupku, merengkuh tubuhku, menggenggam tanganku, dan tersenyum untukku.
Kau pernah melakukan itu semua, dan aku mengingatnya.
Sebelum kemudian kau melemparkanku ke titik bumi paling dalam, membiarkan aku jatuh dalam kubangan lumpur hisap hingga aku tak mampu kembali.

Kau adalah kau, yang dulu pernah ku cinta dengan sangat.
Bahkan kini aku masih tak mampu membencimu.

-Ang-

Sabtu, 28 Mei 2016

14-Percaya

Halo, kamu yang pernah aku percaya dengan sangat.
Banyak ceritaku yang kamu simpan, banyak pula rahasiaku yang ada padamu.
Aku begitu mempercayaimu, bukan ?

Setengah mati, aku percaya padamu seperti aku percaya pada sebagian jiwaku yang ia genggam.
Aku percaya, hingga ku biarkan setengah hidupku kau genggam.

Banyak orang yang bilang, 'Jangan terlalu percaya pada orang asing, karena ia bukan bagian dari dirimu'
Tapi kamu tak lagi asing bagiku
Sejak dulu sekali, aku telah mengenalmu, mengenal semua tentangmu

Seringkali aku menangis di pelukanmu, bersandar di bahumu, menumpukan keluh kesahku padamu.
Seakan kamu memang tercipta untuk menjadi bagian dari perasaanku

Tentangnya, akupun sering bercerita, bukan ?
Tentang bagaimana ia datang, memanjakanku, dan kini melepaskanku dari langit.
Aku jatuh, dan ingin kamu menarikku.

Kamu menarikku, memang.
Menggenggam kembali tanganku, sangat erat hingga aku merasa sangat nyaman.
Aku memang nyaman, hingga aku bercerita bagaimana ia mengkhianatiku.

Ku pikir kamu akan seperti biasanya, memelukku, membisikkan kata-kata penuh kebahagiaan.

Tapi ternyata aku salah. Salah besar.
Kamu yang aku percayai, yang ku pasrahkan sebagian hidupku, ternyata menjatuhkanku lebih dalam.
Kamu seperti ia, bahkan lebih buruk.

Aku jatuh, sakit, dan kemudian terluka parah.
Lantas, apa yang kamu lakukan ?Ongkang-ongkang kaki dengan penuh kepongahan.

Aku meratap, menatap penuh air mata.
Lantas, apa yang kamu lakukan ? Berpura tidak melihat, bahkan dengan sengaja menginjakku.

Kepercayaan itu, ah, kamu kemanakan ?
Aku yakin semuanya telah kamu sobek habis, bukan ?
Kamu menghancurkannya, kemudian membuangnya seakan apa yang ku beri hanya sampah.

Aku bisa apa ?
Air mataku sudah habis terkuras.
Hatiku sudah teramat lelah, bahkan sangat lelah.

Halo, kamu yang dulu aku percayai.
Bisakah aku meminta kembali semua kepercayaan yang aku beri kepadamu ?
Aku ingin mengambilnya, kemudian menyimpannya untukku
Hanya untukku, tanpa ingin membaginya lagi.

-Ang-

Rabu, 25 Mei 2016

13-A Few Years Later

Hai, terkadang aku masih ingin mengatakannya padamu. Lepas sekian tahun kita tidak bertemu, tidak saling bertatap muka, sekalipun itu hanya melempar senyum.

Sudah beberapa tahun, apakah aku masih dapat mengenalimu ? Melempar senyum padamu dari jarak sekian meter seperti dahulu. Ataukah..segalanya telah menjadi berbeda ? Kau berubah, begitupula aku.

Sudah beberapa tahun, semenjak aku melepaskan tanganku dari genggamanmu, dan berkata, “Mari kita bertemu di masa depan, dengan menjadi diri kita masing-masing”.

Sudah beberapa tahun pula, sejak terakhir kali kita jalan bersama, saling menggenggam tangan, melempar tatapan penuh kasih kepada masing-masing.

Aku pikir perasaanku akan segera mengering ketika aku memutuskan untuk lepas darimu, seperti debu yang hilang terbawa hujan. Namun aku salah. Aku masih cemburu melihat kedekatanmu dengannya, otakku berubah gila karena setiap saat ada kau di kepalaku.

Perlahan aku mulai bertingkah pura-pura lupa tentang bagaimana kita bertemu, dan bagaimana kita berpisah.

Perlahan aku mulai pura-pura bertingkah baik-baik saja, seakan kau bukan bagian penting dalam kehidupanku, bertingkah seakan kau bukan lagi poros kehidupanku. Aku pura-pura lupa, jika aku tak ubahnya bulan yang kehilangan mataharinya. Aku mati, bahkan tanpa orang lain mengetahui.

Aku bertingkah pura-pura bahagia, dengan semua kebahagiaan semu di sekelilingku. Aku tak ubahnya robot, dengan program tersenyum dan bahagia untuk apapun. Tapi tanpa ada rasa bahagia itu di dalamnya.

Aku membangun benteng tinggi, dengan pagar berduri di sekelilingnya, berusaha memperingatkanmu bahwa kau tak akan bisa masuk lagi, sekeras apapun tak mencoba. Namun semuanya berantakan. Pagar berduri itu tak ubahnya selembar kertas ketika kau berdiri di hadapanku. Bentengku tak ubahnya istana pasir ketika kau berkata, “Long time no see, babe”
Seketika kakiku lumpuh, otakku mati, sistem tubuhku tak bekerja dengan baik.

Setelah beberapa tahun, kau kembali, dengan dirimu yang sebenarnya. Dan aku tidak mampu untuk menolak, bibirku tak sanggup lagi untuk mengumpat, tanganku seketika lemah tak mampu bergerak.

“Kami akan menikah bulan depan. Ku harap kau mau menyempatkan waktu untuk datang”

Dan bentengku kembali hancur, tepat beberapa tahun sejak kita bertemu, kemudian memutuskan berpisah. Menggunakan embel-embel “mari jadi seseorang yang lebih baik” yang kemudian menghancurkan salah satu perasaan.

Setelah beberapa tahun, dan kemudian takdir mempertemukan kita.

Dan kau..seperti yang ku bilang, kau berubah..

Begitupun aku.

-Ang-

Sabtu, 21 Mei 2016

12-12.30

Suatu saat aku pernah bertanya, padamu, tentang cinta
"Apakah kau mencintaiku ?"
Kau jawab, "Ya, aku mencintaimu.."

Namun aku tak pernah tahu apa kelanjutannya
Ucapanmu selalu berakhir dengan titik titik yang banyak
Tak ubahnya seperti titik air pasca hujan

Suatu ketika akupun pernah bertanya, ketika kita saling bertengkar, menyuarakan pendapat masing masing
Sekali lagi, ini tentang cinta
Yang sesungguhnya tak pernah kita pahami

"Tidakkah kau merindukanku ?"
Aku pernah bertanya, padamu, setelah sekian lama aku pergi

Dan kau diam..
Tanpa menjawab sepatah kata, meski itu hanya seulas senyum tipis yang nyaris tak tampak

12:30
Pada jam itu adalah sudut terbesar, ketika kita saling memunggungi satu sama lain
Ketika kita sudah tidak menjadi kita

12:30
Saat aku dan kau saling memanggil nama masing-masing, namun tiada kata yang terucap
Bibirku terkatup, mulutku tak mampu bicara

Aku dibisukan oleh rindu, benci, dan cinta yang saling menumpuk
Kaupun begitu..

Kita saling memunggungi, tanpa pernah ada yang menoleh, sekalipun untuk membentuk 11:25
Atau 10 :20, bahkan 9:15

Kita tak akan pernah menjadi kita lagi
Kita telah berakhir, yang ada hanya aku dan kau
Yang duduk saling memunggungi
12:30...

-Ang-

Rabu, 18 Mei 2016

11-Suatu Waktu

Ada suatu waktu dimana aku ingin menyendiri, menyuarakan segala kepenatan dalam diam
Membiarkan angin membawa keluh kesahku terbang, menembus awan, dan mengatakannya pada Tuhan

Ada kalanya ketika aku ingin menangis, dalam diam
Menyuarakan semua kepedihan yang terbentuk paksa

Ada masanya juga dimana aku ingin berteriak, meraung penuh kepedihan, namun tanpa suara

Ada suatu waktu, dimana aku ingin mereka tahu
Aku terlalu lelah, menyimpan segalanya dalam diam
Namun tak mampu bicara

-Ang-

Sabtu, 14 Mei 2016

10-When You're Gone

Aku pernah jatuh cinta, dulu sekali, pada seorang laki-laki yang katanya biasa saja
Aku pernah memupuk rindu, membuatnya terlalu besar, hingga hatiku tak mampu menyimpannya
Kemudian aku membagikannya pada orang lain, hingga kini banyak yang merindukannya

Dulu sekali..
Aku pernah memutuskan tempatku berlabuh, yang ku kira tak akan runtuh
Sampai badai datang, yang kemudian menghancurkannya, membuatku menjauh

Kemudian aku karam, karena aku memang tak mampu berdiri sendiri
Dan ia kembali bangun, namun dengan kapal yang lain

Ia pernah menjadi tempatku berlabuh, namun kemudian pergi
Membiarkan aku karam, jatuh ke dasar laut

Aku tidak mengerti, mengapa ? Adakah yang salah ?
Atau...
Ia terlalu lelah menjadi sandaranku ?

Aku tidak mengerti, dan mungkin tidak akan pernah mengerti

Ketika ia pergi, sejujurnya meninggalkan bekas
Seperti ruam-ruam namun menyakitkan
Terkadang berdarah, bahkan bernanah

Ruam-ruam itu tak akan hilang, bahkan terus ada meski berulang kali aku membebatnya
Ia akan terus berdarah, kemudian bernanah setiap aku melihatmu
Bahkan hanya mendengar nama yang belum tentu itu kau

Ku pikir ini berlebihan..
Namun, ketika kau pergi..
Segalanya menjadi runyam
Bahkan organ tubuhku pun tak mau sejalan

-Ang-

Rabu, 11 Mei 2016

9- 안녕

안녕...
Lama tidak bertemu. Apa kabar ? Ku harap kau baik-baik saja.
Aku merindukanmu, dengan sangat, hingga rasanya ingin mati saja bersamamu...

Apakah kau benar telah pergi ? Atau mereka hanya melemparkan lelucon yang tak lucu ?
Rasanya aku tidak ingin percaya, namun mereka terus saja mengatakannya.

안녕...
Kekasihku, bagian dari kehidupanku..
Atau kini bolehkah ku panggil kau sebagai kenangan ? Karena aku tak ingin menjadikanmu mantan, akupun tak ingin menerima kematianmu..

안녕...
Sekarang aku mulai berpikir, bagaimana bisa aku jatuh cinta padamu ? Padahal ku tahu pasti siapa kau.

Aku memang pernah bercerita, jika aku telah jatuh cinta pada Yoo Si Jin. Tapi itu bukan berarti kau harus sepertinya.
Kau tak harus menjadi Yoo Si Jin, yang pergi jauh untuk negara, menjunjung tinggi perdamaian..
Kau tak harus pula menjadi Seo Dae Yong, yang bahkan rela mengorbankan seluruh hidupnya demi gadis yang ia cintai..

Ah, aku baru ingat.
Kau tidak mencoba seperti Yoo Si Jin atau Seo Dae Yong..
Kau adalah kau..
Karena kau pergi tapi tak pernah kembali..

안녕...
내 사랑... 



Senin, 09 Mei 2016

Song Mino (WINNER) - Fear

Song Mino, atau dikenal pula sebagai WINNER Mino, tahun 2015 lalu sempat mengikuti acara  Show Me The Money 4, dan menjadi runner-up. Saat final, ia menyanyikan lagu berjudul 'Fear' yang dia ciptakan sendiri, menceritakan tentang kehidupannya di masa lampau.

Fear, dalam bahasa indonesia berarti takut. Ada banyak hal yang membuat orang takut, entah itu masa lalu, masa depan, atau mungkin kehidupan masa sekarang. Entah itu tentang cinta, kepercayaan, atau mungkin mimpi, yang mengkhianati satu sama lain, hingga kemudian menimbulkan bekas luka yang tidak akan hilang.

Mino pernah terluka karena cinta dan kepercayaan di masa lalu, yang kemudian membuatnya kehilangan rasa bahagia di masa mudanya. Ia bercerita, ia bekerja setelah dikhianati oleh ayahnya. Tumpuan hidupnya adalah pamannya, yang kemudian meninggal bahkan sebelum Mino sempat menunjukkan kepadanya sebuah kesuksesan.

Akupun begitu. Di masa lalu, aku juga terluka karena cinta dan kepercayaan. Aku mencintainya dengan sangat, menjadikan ia sebagai poros kehidupanku. Aku begitu mempercayakan segala sesuatu padanya, bahkan seluruh hidupku ku persembahkan kepadanya. Namun suatu ketika, aku berubah bagai bumi yang kehilangan mataharinya. Poros kehidupanku hilang. Aku tak ubahnya burung yang kehilangan sayapnya, kucing yang kehilangan empat kakinya, atau kura-kura yang kehilangan cangkangnya. Aku menjadi lemah, lumpuh, kemudian perlahan mati dalam ketidakberdayaan.

Aku mempercayakan hidupku kepadanya, karena aku begitu mencintainya. Aku dibutakan oleh cinta. Cinta berkata, bahwa hidupku akan baik-baik saja dengan ia disampingku. Dan dengan bodoh, aku meng-iya-kan. Kemudian kepercayaan datang, berkata bahwa aku harus mempercayainya, apapun yang terjadi. Sekalipun badai datang, aku harus percaya padanya. Ketika ku tanya mengapa, ia menjawab, "Karena aku selalu tahu tentangmu.."

Aku percaya, benar-benar menyerahkan hidupku padanya. Tapi kemudian dia pergi, meninggalkan aku setelah mematahkan seluruh sayapku. "Agar kau tetap disini, tak lagi terbang", katanya.

Aku menangis, meraung, mengumpat, menyumpah serapah.
Aku marah, malu, dan benci. Aku dibodohi oleh cinta dan kepercayaan.

"Kau tak bisa seperti ini terus. Kau harus bangun, dan mencari pelabuhanmu yang sesungguhnya.." itu kata seorang teman, bermalam-malam setelah ia pergi membawa segenap perasaanku.

Kemudian aku berlatih berdiri, dan berjalan.
Dengan penuh kesungguhan aku mulai melangkah, memantapkan hati untuk meninggalkannya.

Aku melangkah, semakin jauh, namun tak jelas kemana arahnya. Aku bagai kehilangan arah, karena semua tentangku telah dibawa pergi olehnya.
Aku ingin menoleh, tapi aku takut. Terlalu takut hingga rasanya begitu sesak.

Aku berjalan sudah terlalu jauh, dan tidak cukup waktu lagi untuk kembali. Setiap cermin yang ku temui selalu mengejek, berkata bahwa aku lemah, lumpuh, dan lebih baik mati saja. Aku mulai gila, melempar semua cermin yang ada. Ia jahat, sangat jahat.

Aku meringkuk dalam diam, tak mampu untuk sekedar menatap sekeliling yang penuh cermin. Aku takut, karena cermin-cermin itu sangat jahat. Mereka jahat karena mengataiku jahat.

Ketakutan itu semakin menyeruak, tumpah ruah di dalam dada, membuatnya menggembung kemudian meledak.

Berulangkali aku mengumpat, meracau, meraung. Nada suaraku naik, namun mataku tertutup rapat. Aku takut, teramat takut, hingga kemudian memilih untuk mati.

Keputusanku bulat, sangat bulat. Namun aku terlalu takut untuk mati.

Aku takut dengan segala bentuk kehidupanku. Dan itu semua karena cinta dan kepercayaan yang aku berikan secara cuma-cuma. Aku terlalu lugu untuk mengatakan 'tidak', dan terlalu naif untuk bersabda, bahwa jauh dilubuk hati aku selalu kecewa, karenamu, karenanya, yang membawa pergi seluruh sayapku.

-Ang-

Sabtu, 07 Mei 2016

8-Sweet Pumpkin

Tiada seorangpun yang mengerti, ketika aku mengikatkan diri pada seutas tali bernama cinta
Tiada yang tahu, sekalipun itu kau

Tiada yang tahu..
Ketika sepotong labu manis dicelupkan dalam darah, terasa anyir
Hilang manisnya

Tiada yang tahu..
Jika kini akulah labu manis itu
Yang tercelup dalam kubangan lumpur, hingga tak mampu dikenali

Hingga lumpur-lumpurku mengering, menjadi kerak menjijikan

Tiada yang mengerti..
Bahkan hatiku sendiri

Aku jatuh, sakit, dan terluka
Bagai sepotong kecil labu manis yang terjatuh dan dihempas kaki-kaki manusia

Aku jatuh, sakit, dan terluka
Yang bahkan aku tidak mengerti mengapa

Tiada seorangpun yang mengerti, jika aku telah jatuh terlalu dalam
Kemudian lupa cara kembali ke darat
Hingga membiarkan segalanya berubah kelam, menyedihkan

-Ang-

Rabu, 04 Mei 2016

BTS - Young Forever

Beberapa hari yang lalu, BTS atau 방탄소년단 atau dapat juga dieja sebagai bangtan seonyondan, baru saja meluncurkan music video dari young forever, salah satu track di album "The Most Beautiful Moment in Life Young Forever". Album ini bisa dibilang adalah seri terakhir dari trilogi HYYH, yang pada tahun lalu telah rilis part 1 dan part 2.

Sejak HYYH part 1, ada beberapa lagu yang boleh dibilang ear-catching, yang tidak hanya enak didengar, melainkan juga memiliki arti yang juga mengena di hati. Salah satunya adalah young forever ini. Konsep dari music video ini sebenarnya cukup simpel, tiap member berjalan di dalam labirin, yang diakhiri dengan mereka keluar dan berjalan bersama-sama. Ditengah-tengahnya, disisipi adegan dari music video yang sebelumnya, seperti potongan dari I Need You dan RUN.

Young Forever, bila dialih bahasakan, akan berarti selamanya muda. Ini bercerita tentang bagaimana masa muda akan selalu menjadi kenangan, seburuk apapun bentuknya. Karena ketika kamu tua, masa muda ini akan selalu menjadi cerita, entah bagi anak-anakmu kelak, cucu-cucumu, atau mungkin menjadi kenangan manis saat reuni sekolah.

Ada banyak hal yang selalu ingin kamu lakukan saat muda, termasuk juga aku. Ada banyak hal juga yang tanpa sebab kamu khawatirkan. Kamu terlalu takut untuk maju, meski hanya selangkah. Kamu terlalu takut, bahwa apa yang kamu lakukan akan merusak segalanya.

Saat remaja, ada banyak hal yang kita pikirkan sebagai hal yang rumit. Ada banyak hal yang ingin kita lakukan, yang ketika masih lebih muda kita tidak boleh melakukannya. Tapi ada banyak hal juga yang dianggap orang dewasa sebagai hal yang sia--sia.

Semakin lama berjalannya waktu, orangtua akan meminta kita berubah menjadi dewasa. 20 tahun. Itu adalah usia ketika orang dewasa menganggap kita adalah bagian dari mereka, meski sebenarnya jiwa kita masih tidak ingin berpindah. 

Aku masih ingin menjadi diriku yang sekarang, sekalipun mereka menganggap itu kekanakan. Aku belum cukup akal untuk disebut dewasa, karena aku masih terus menganggap banyak hal menjadi rumit.

Terkadang aku masih takut menatap ke depan, karena masa lalu masih ingin membelenggu. Aku masih takut untuk memikirkan sesuatu yang lebih serius, dan akhirnya aku hanya mampu menatap kosong ke depan.

Terlalu banyak hal yang aku takutkan, tentangmu, tentangnya, bahkan tentang masa lalu yang tidak ingin aku ingat.

Saat muda, selalu ada kesakitan yang tercipta, entah itu karena teman, sahabat, keluarga, ataupun cinta. Mungkin aku pernah ingin meminum penenang agar segalanya tampak baik-baik saja. Namun, benarkah ? Ataukah aku hanya akan mengacaukan segalanya ?

Ada banyak sekali hal yang ketika kita muda ingin kita lakukan, namun sayangnya tak semua mampu kita lakukan. Selalu ada pagar-pagar kawat yang membelenggu, dan kita terlalu takut untuk melepaskan diri.

Namun, seperti apa yang BTS katakan, sekalipun kita jatuh dan terluka berkali-kali, kita harus selalu bisa bangkit kembali, kemudian mengejar mimpi-mimpi yang dulunya hanya berada di dalam kepala, bersembunyi diantara ganglion-ganglion, terbelenggu oleh pagar kawat tak kasat mata.

Setidaknya kita telah berusaha untuk melakukan yang terbaik, mempersembahkan yang terindah. Sekalipun tak seorangpun yang tahu, setidaknya kita telah mencoba. 

Karena kita masih muda, dan selamanya tetap muda...
















7-Kadangkala

Kadangkala rindu itu masih meletup-letup, pelan namun menyakitkan
Ia mengulang semua masa lalu, mengulang kembali apa yang pernah terjadi
Kadangkala penyesalan itu masih ada, meski tak setinggi dahulu

Kamu pergi, bahkan setelah melambungkanku begitu tinggi
Kamu membawaku jauh ke atas, menembus awan, merengkuhku dengan erat
Kemudian menghempaskanku ke bawah tanah, menembus inti bumi

Kadangkala aku ingin marah, ketika tak sengaja aku membaca semuanya
Aku ingin berteriak, menyuarakan segala kesakitanku

Kadangkala..
Ah, kadangkala semuanya terlalu abu-abu
Bahkan tentang kita,
Aku dan kamu.

Jika mungkin...
Hanya jika mungkin..
Aku ingin kembali ke masa lalu, menyuarakan segala kesakitan yang tak pernah terdengar

Jangan pernah kau pikir aku baik-baik saja

Dulu...bahkan sangat dulu...
Ketika semuanya masih begitu indah
Aku dan kamu saling malu-malu, menyembunyikan rona merah pipi masing-masing

Tapi semuanya telah berbeda

Kini, aku hanya sanggup memutar masa lalu, lewat kadangkala yang hanya sebatas kadangkala

Ah, kadangkala..
Aku ingin kembali
Namun hanya kadangkala...

-Ang-

Sabtu, 30 April 2016

6-Idol

based on VIXX-I don't want to be an idol

Ini sudah kesekian kalinya ia membatalkan jadwal kencan yang sudah ku susun dengan manis. Aku sudah membayangkan bagaimana nanti dia menjemputku, kemudian pergi ke bioskop, menonton film romantis, dan berakhir dengan duduk manis di tepian pantai menatap langit. Namun kemudian semuanya hancur lebur, ketika ia berkata, "Maaf, sayang, mendadak aku harus bertemu dengan presdir untuk membahas konser.."

Dan aku hanya bisa mengatakan "iya, itu bukan masalah, sayang.."

Apalagi yang bisa aku katakan ? Mengatakan 'tidak' dan memulai aksi marah dengan tidak menjawab semua panggilan teleponnya ? Ku pikir aku tidak sebocah itu, dan ku pikir...ini memang resiko-ku.

Sudah hampir dua tahun kami jalan bersama, tapi tak seorangpun yang tahu, kecuali orangtua kami masing-masing. Publik tidak tahu, dan aku cukup tahu diri untuk tidak membuat dirinya dalam masalah. Aku tidak mau bila nanti ia memiliki skandal dengan seorang perempuan, meski itu adalah aku. Aku masih cukup sadar diri untuk tidak membuat karirnya berantakan. Aku menyayanginya, meski hubungan kami hanya jalan di tempat.

"Maaf, ini sudah ke sekian kalinya aku membatalkan janji kita. Aku tidak berharap kau tak marah, aku hanya berharap hubungan kita tidak berhenti sampai disini.." katanya, dua malam setelah kencan kami yang lagi-lagi ia batalkan.

"Aku tahu..Aku memang berhak marah padamu, tapi aku juga tahu jika ini mimpimu. Aku tidak sanggup untuk menghancurkannya, meski aku ingin. Sejauh ini aku sudah berusaha untuk mengerti, dan aku akan selalu mengerti tentangmu.."

Ia tersenyum, dan beginilah kami. Pada setiap kencan yang batal, selalu ada jarak yang terhapuskan. Hubungan kami selalu semakin dekat, meski jarang bertemu, meski segalanya tampak monoton. Tapi aku mencintai dia, dan aku pun tahu jika ia juga mencintaiku. Kami harus saling mengerti, dengan begitu semuanya akan baik-baik saja.

Sempat hampir tiga bulan kami tak bertemu, bahkan tak ada pesanku yang ia balas. Aku hampir menyerah, ingin semuanya berakhir. Aku mulai lelah, dengan semua ke-monoton-an yang kami ciptakan sejak awal. Aku mulai menyesal, mengapa dulu aku mau jadi kekasihnya jika begini akhirnya. Tapi semua penyesalan itu menguar secara tiba-tiba, ketika sebuah undangan makan malam datang ke apartemenku. Dan itu...darinya, dari dia yang ku rindukan, dari dia yang ingin ku maki-maki.

"Maaf, sayang. Maaf, aku tidak menghubungimu...Aku sibuk, dan ketika semuanya berakhir, aku tidak yakin apa kau masih terjaga.." katanya, sembari menunggu main course datang.

Aku tersenyum. Inilah yang aku suka darinya.

"Aku mengerti, meski awalnya aku ingin kita berakhir. Bukan sekali dua kali, tapi berkali-kali. Tapi berkali-kali itu juga aku merasa bahwa aku terlalu cepat menyerah. Kau berjuang selama bertahun-tahun untuk menjadi seperti sekarang, dan aku sudah berpikir untuk menyerah mendampingimu. Dan ku pikir, hubungan kita yang seperti ini lebih baik. Setidaknya, aku masih bisa melihatmu meski hanya lewat televisi..."

"Terimakasih..Aku pikir kau akan marah, kemudian akan mengakhirinya saat ini. Aku bahkan sudah menyiapkan hatiku bila kau memang ingin putus.."

Aku tersenyum, menebak jika ia belum selesai bicara. Memang, terlalu banyak hal yang harus kami luruskan.

"Aku minta maaf, dua tahun bersama tapi tak pernah sanggup memelukmu saat kencan, bahkan jika itu hanya menggenggam tanganmu. Aku hanya bisa menatapmu, berusaha mengawasi sekitar agar kau tak tertangkap kamera..."

"Terkadang aku menyesal menjadi seorang idol, karena aku tidak bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh pasangan lainnya. Kita tidak bisa berkencan semau kita, bahkan aku tak bisa mengungkapkan hubungan kita kepada publik. Tapi aku janji, jika semua semakin membaik, aku akan memperkenalkanmu kepada publik, kepada fans, kepada dunia. Dan sampai saat itu tiba, ku mohon untuk tetap bertahan di sampingku..."

-Ang-

Rabu, 27 April 2016

5-Selamat Datang

Selamat datang, sayang..
Selamat pulang kembali ke rumah, ke pelukku..

Setelah sekian lama kau memilih hilang, bersembunyi secara tiba-tiba dari kehidupan, kemudian kau kembali. Awalnya tanpa kabar, bahkan tanpa jejak yang tertinggal di akun sosial media-mu. Aku terus mencari, berusaha mencari tahu tentangmu. Dimana, sedang apa, dan apa kabar kau kekasihku. Tapi kosong, segalanya tampak bersih tak berbekas.

Bau tubuhmu bahkan hilang, menguar bersama angin. Tentangmu membuatku rindu, ingin menangis, berteriak sekuat yang aku mampu. Selalu aku memanggilmu, lirih di dalam setiap doa. Suaraku bahkan hampir habis, hanya untuk memanggilmu seorang.

Kekasihku yang ku cinta, apa kabar kau disana ? Sedang apa ? Apakah kau baik-baik saja ? Apakah ada hal yang melukaimu ?

Ku harap tidak, karena aku tak tahu harus apa bila kau sakit. Aku tidak tahu, akan berubah jadi apa hati ini bila kau tak benar-benar kembali.

Aku selalu percaya, sejak dulu sekali, jika kau pergi pasti akan kembali. Kau akan kembali, dan selamanya akan begitu. Tapi ini sudah terlalu lama, hingga aku nyaris gila. Ponselmu tak bisa ku hubungi, hatimu tak mampu ku tebak. 'Haruskah aku menyerah ? Melepaskanmu begitu saja ?' Berulang kali aku berpikir begitu, tapi selalu tak ku temukan apa jawabnya. Terkadang aku ingin menyerah, tapi ada sisi lain dari hatiku yang masih percaya padamu.

Kemudian secara tiba-tiba kau kembali, dengan seulas senyum tipis yang nyaris tak terlihat. Aku bahagia, terlampau bahagia. Sejak dulu aku memang selalu ingin denganmu, bahkan tak ku pedulikan yang lain. Aku ingin denganmu, hanya denganmu, tempat dimana aku mampu berlabuh, menyamankan hatiku.

Kau tempatku bersandar, sayang. Jika kau pergi, kemana aku harus berlabuh ? Kemana aku harus bersandar ? Kemana aku harus menangis ?

Selamat datang, sayang..
Selamat pulang kembali ke rumah, ke pelukku..

-Ang-

Sabtu, 23 April 2016

4-Lepas

Ku pikir melepaskan adalah hal yang paling mudah, layaknya menghamburkan pasir di laut, mengapung...kemudian hilang. Tanpa bekas. Namun pasir itu tidak hilang begitu saja, ia mengendap, dan tak akan hilang sampai kau membuang semua air beserta tempatnya. Begitulah aku. Aku melepaskannya seperti pasir, hingga tanpa ku sadari kenangan tentangnya kini mengendap di dasar hati.

"Move on itu tidak mudah, Rei. Kau katakan kau melepaskannya dengan ikhlas, tapi aku percaya jauh di dalam hatimu kau tidak rela.." seorang sahabat pernah berkata. Saat itu aku hanya tertawa. Bagiku itu lucu, sangat lucu.

"Aku berbeda. Aku sudah melepaskannya, mengikhlaskannya pergi.." kataku.

"Kau hanya mencoba melarikan diri, Rei.."

Melarikan diri ? Ya, mungkin itu yang aku lakukan. Aku tidak benar-benar melepaskannya. Aku hanya berusaha mengubur rasa sakitku, yang justru hanya membuatku semakin tenggelam dalam keputus-asaan. Aku sudah jatuh terlalu dalam padanya, dan terlalu susah untuk kembali ke permukaan. Ia merantaiku, menyekapku, menculikku, hingga tak membiarkan aku untuk pergi, meski hanya untuk mengemis oksigen.

Dan aku lelah, aku lelah untuk menahan napas. Aku lelah terus terikat padanya, padahal ia tidak lagi teikat padaku. AKulah satu-satunya pihak yang mengikatkan diri, namun tak sanggup untuk melepaskan.

Dan hari ini, tepat 3 tahun. Sudah tiga tahun ia pergi, membawa separuh perasaanku pergi bersamanya. Ia tak pernah kembali, meski itu hanya untuk mengembalikan perasaanku. Ia tak pernah datang lagi, meski aku ingin.

"Ia hanya merasa bersalah, Rei..."

Aku hanya diam. Ia memang salah, tapi bukan begini cara dia lari. Tak seharusnya ia pergi dengan membawa serta perasaanku. Dan tak seharusnya ia pergi seperti pencuri.

Ah, ia memang pencuri. Ia telah mengambil hatiku, dan membawanya pergi.

"Ia yang bodoh, Rei. Lupakan saja, ia bukan yang terbaik.."

Aku hanya tersenyum tipis, mencoba menahan tangis meski tak sempurna. Bukan ia yang bodoh, tapi aku. Aku terlalu bodoh untuk membiarkan perasaanku jatuh padanya. Memujanya, seakan ia pangeran berkuda putih yang akan membawaku ke surga. Aku terlalu bodoh, hingga tak melawan ketika ia mendua, memberikan hatinya pada yang lain, kemudian pergi.

Dan aku rindu padanya, terus menerus rindu meski tak menyadarinya. Aku merindunya, meski ratusan pesanku tak berbalas. Aku merindu, hingga rasanya ingin mati.

Aku ingin menangis, melampiaskan seluruh rinduku pada bumi, membiarkan daun-daun membelai lembut, membiarkan angin menerbangkan separuh lagi perasaanku. Aku ingin melepaskannya, dan seperti yang ku bilang, aku juga akan membuang perasaanku, juga hatiku.

-Ang-

Rabu, 20 April 2016

3-Rindu

Rindu itu candu. Ia menggebu, tanpa pernah kenal mati. Ia layaknya kanker, semakin meluas ketika kita tidak mencoba untuk melepaskannya. Tapi ia akan terus berulang, membuat rasa rindu yang semakin lama semakin menyakitkan meski telah bertemu ribuan kali.

Aku merindukanmu, hingga rasanya ingin muncul tiba-tiba di hadapanmu dalam hitungan detik, kemudian memeluk dan tak akan ingin melepasmu lagi. Ingin aku menjadi sosok Do Min Joon, tiba-tiba berteleportasi ke hadapanmu. Atau aku ingin menjadi nobita, kemudian masuk ke kamarmu secara tiba-tiba lewat pintu kemana saja. Atau seperti Kris ? Agar aku bisa terbang secepat yang aku mau ke tempatmu.

Aku sangat sangat sangat sangat merindukanmu. Atau aku harus butuh lebih banyak kata 'sangat' ? Entah. Yang perlu kau tau, aku sangat sangat merindukanmu, hingga rasanya ingin mati. Bahkan rinduku tak akan tersampaikan bila hanya lewat kata, atau pelukan. Entah harus dengan cara apa aku melampiaskannya.

Mendengar suaramu membuatku semakin rindu, semakin sakit. Berlebihan memang, tapi bila aku begitu merindukanmu, harus apa ? Bersikap biasa saja ? Aku pikir aku tak akan sanggup lagi bernapas jika terlalu lama memendamnya.

Tapi kau tak tahu. Kau tidak tahu jika aku begitu merindukanmu, meski itu hanya sebuah sentuhan kecil. Hanya gesekan antar kulit. Aku merindukanmu, meski itu hanya aroma khas tubuhmu. Aku sangat merindukanmu, meski kenyataannya sejam yang lalu kita baru saja berpisah.

Sudah ku bilang, bukan ? Rindu itu seperti candu, sama seperti cokelat. Dan aku kecanduan rindu. Aku terus menerus merindukanmu, hingga rasanya ingin terus ada di dekatmu.

Ah, rindu..

Haruskah aku memperkenalkan diri sebagai pecandu rindu ? Haruskah aku mengatakan 'aku merindukanmu' saat perkenalan pertama ? Haruskah aku mengungkapkan betapa aku merindukanmu ?

Bahkan kau tak ingat janjimu. Janji jika kita akan sama-sama saling merindu, memeluk hati masing-masing dan tak akan melepaskan hingga hari itu tiba. Namun kau ingkar. Kau bahkan tak melihatku meski aku di depanmu. Kau terus berjalan lurus tanpa tahu jika rindu itu tengah menggerogoti tubuhku.

Aku rindu kau, dan kau tak tahu. Miris memang, tapi begitulah kenyataannya. Aku sangat sangat sangat merindukanmu. Bahkan jutaan kata 'sangat' masih kurang untuk mendeskripsikannya.
Aku rindu kau, dan kau tak mengingatnya. Entah kau pura-pura lupa, atau hanya menganggap janji itu sebagai janji masa lalu, masa kecil, yang tak perlu kau pikirkan.

"Aku akan kembali, dan sampai saat itu tiba, jangan lupakan aku.." itu katamu, entah berapa tahun yang lalu.

"Lalu, jika saat itu tiba ?"

"Kita harus saling berpelukan, melepas rindu yang terpendam. Berbagi tawa, berbagi tangis. Hanya berdua.." janjimu, yang dengan bodohnya masih ku pegang sampai sekarang.
Hanya berdua. Aku dan kau. Tanpa ada pihak ketiga, keempat, kelima, bahkan ke sejuta sekalipun. Tapi kemudian aku hancur, ketika di pertemuan pertama kau hanya diam. Acuh, seakan tak peduli jika binar-binar rindu itu menguar di mataku.

"Aku merindukanmu, sangat merindukanmu.." katamu. Bukan kepadaku, tapi kepada orang lain. Gadis yang namanya tak ingin ku sebut. Kalian saling berpelukan, kemudian berbagi tangis karena begitu rindu.

Harusnya itu aku. Harusnya gadis itu aku, tapi aku tak mampu meneriakannya. Aku hanya diam, bibirku terkunci. Kemudian aku menangis tanpa suara, tanpa berusaha ku tutupi. Tapi kau bahkan tak berbalik, meski hanya memeluk dan membisikkan kata-kata 'jangan menangis' berulang kali, seperti saat dulu.

Aku rindu kau, dengan sangat. Tapi rindumu bukan kepadaku.

Kemudian aku hancur, kakiku lumpuh, tubuhku kaku termakan rindu. 

Rindu itu candu, dan aku merasakannya.

-Ang-