Sabtu, 16 April 2016

2-Mungkin

Manusia diciptakan Tuhan untuk 5 hal pokok, yaitu mencintai, berdoa, berjuang, mati, dan bermimpi. Terlepas ia memiliki Tuhan atau tidak, seseorang pasti akan berdoa. Ia juga akan mencintai, sekalipun tak semua cintanya berbalas. Mengenai mati, semua yang lahir pasti akan mati, layaknya kayu yang nantinya akan berubah menjadi arang, atau dimakan rayap. Terakhir, bermimpi. Bohong jika ada orang yang mengatakan jika ia tidak punya mimpi, tidak punya harapan. Semua orang pasti punya, meski terkadang itu tidak disadari. Begitupula saya.

Saya memiliki banyak mimpi, bahkan terlampau banyak, sehingga memunculkan banyak kata 'mungkin', 'seandainya', 'jika saja', dan kata-kata sejenis lainnya. Dan mungkin karena terlampau banyak, Tuhan mungkin hampir kehabisan stok tempat mimpi untuk saya.

Memang benar manusia hanya berencana, yang menentukan adalah Tuhan. Sekuat apapun jika manusia berusaha, ketika Tuhan tidak mengizinkan, maka semuanya tidak akan terjadi, dan menjadi sia-sia dimata manusia.

Beberapa waktu lalu, sempat saya mengikuti sebuah kompetisi yang melibatkan juri-juri berkelas. Harapan saya begitu tinggi, karena saya pikir, pengetahuan saya tentang 'hal' tersebut sudah lebih dari cukup. Dengan percaya diri saya menuliskannya, sembari terus melafalkan harapan. Saya yang biasanya seorang DL-ers tiba-tiba saja sudah selesai 2 minggu sebelum DL. Sebuah rekor baru.

"Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.."

Itu kata Arai, salah seorang tokoh manusia yang masih samar apakah dia nyata atau hanya rekaan. Tapi kata-kata itulah yang menjadi bekal saya untuk mengirimkannya segera. Selama 2 bulan saya terus berdoa, mencoba bernegosiasi dengan Tuhan tentang hal itu. Dan tibalah saat itu. Seperti saat saat sebelumnya, nama saya bahkan tidak terpampang.

Jangan tanya tentang perasaan, karena sudah terlampau biasa. Saya tidak sedih, hanya saja kecewa. Itu wajar, ketika manusia menginginkan suatu hal dan tidak terlaksana, maka ia akan kecewa. Sangat wajar. Dan ketika manusia tersebut terlalu sering kecewa, maka semuanya akan terasa sama. Hambar. Seperti permen kapas tanpa pemanis.

Dan kecewa, ia akan hadir ketika kata-kata 'mungkin' terlampau sering muncul. Mungkin ia juga jatuh cinta padaku, atau mungkin Tuhan akan ada dipihakku, atau mungkin karena pengetahuanku yang baik semuanya akan aman, dan berbagai kata 'mungkin' yang lainnya. Tapi hidup akan susah ketika kata 'mungkin' dan sejenisnya dihilangkan. Kenapa ? Karena, kata 'mungkin' itulah yang menjadi salah satu kunci untuk bermimpi.

Ah, mungkin. Mungkin segalanya tidak akan terjadi bila saya tidak berharap. Mungkin segalanya tidak akan menjadi seperti ini bila saya tidak bersemangat. Dan mungkin, catatan ini tidak akan ada bila perasaan kecewa itu tidak muncul.

Sekian.

-Ang-

0 komentar:

Posting Komentar