Sabtu, 28 Mei 2016

14-Percaya

Halo, kamu yang pernah aku percaya dengan sangat.
Banyak ceritaku yang kamu simpan, banyak pula rahasiaku yang ada padamu.
Aku begitu mempercayaimu, bukan ?

Setengah mati, aku percaya padamu seperti aku percaya pada sebagian jiwaku yang ia genggam.
Aku percaya, hingga ku biarkan setengah hidupku kau genggam.

Banyak orang yang bilang, 'Jangan terlalu percaya pada orang asing, karena ia bukan bagian dari dirimu'
Tapi kamu tak lagi asing bagiku
Sejak dulu sekali, aku telah mengenalmu, mengenal semua tentangmu

Seringkali aku menangis di pelukanmu, bersandar di bahumu, menumpukan keluh kesahku padamu.
Seakan kamu memang tercipta untuk menjadi bagian dari perasaanku

Tentangnya, akupun sering bercerita, bukan ?
Tentang bagaimana ia datang, memanjakanku, dan kini melepaskanku dari langit.
Aku jatuh, dan ingin kamu menarikku.

Kamu menarikku, memang.
Menggenggam kembali tanganku, sangat erat hingga aku merasa sangat nyaman.
Aku memang nyaman, hingga aku bercerita bagaimana ia mengkhianatiku.

Ku pikir kamu akan seperti biasanya, memelukku, membisikkan kata-kata penuh kebahagiaan.

Tapi ternyata aku salah. Salah besar.
Kamu yang aku percayai, yang ku pasrahkan sebagian hidupku, ternyata menjatuhkanku lebih dalam.
Kamu seperti ia, bahkan lebih buruk.

Aku jatuh, sakit, dan kemudian terluka parah.
Lantas, apa yang kamu lakukan ?Ongkang-ongkang kaki dengan penuh kepongahan.

Aku meratap, menatap penuh air mata.
Lantas, apa yang kamu lakukan ? Berpura tidak melihat, bahkan dengan sengaja menginjakku.

Kepercayaan itu, ah, kamu kemanakan ?
Aku yakin semuanya telah kamu sobek habis, bukan ?
Kamu menghancurkannya, kemudian membuangnya seakan apa yang ku beri hanya sampah.

Aku bisa apa ?
Air mataku sudah habis terkuras.
Hatiku sudah teramat lelah, bahkan sangat lelah.

Halo, kamu yang dulu aku percayai.
Bisakah aku meminta kembali semua kepercayaan yang aku beri kepadamu ?
Aku ingin mengambilnya, kemudian menyimpannya untukku
Hanya untukku, tanpa ingin membaginya lagi.

-Ang-

Rabu, 25 Mei 2016

13-A Few Years Later

Hai, terkadang aku masih ingin mengatakannya padamu. Lepas sekian tahun kita tidak bertemu, tidak saling bertatap muka, sekalipun itu hanya melempar senyum.

Sudah beberapa tahun, apakah aku masih dapat mengenalimu ? Melempar senyum padamu dari jarak sekian meter seperti dahulu. Ataukah..segalanya telah menjadi berbeda ? Kau berubah, begitupula aku.

Sudah beberapa tahun, semenjak aku melepaskan tanganku dari genggamanmu, dan berkata, “Mari kita bertemu di masa depan, dengan menjadi diri kita masing-masing”.

Sudah beberapa tahun pula, sejak terakhir kali kita jalan bersama, saling menggenggam tangan, melempar tatapan penuh kasih kepada masing-masing.

Aku pikir perasaanku akan segera mengering ketika aku memutuskan untuk lepas darimu, seperti debu yang hilang terbawa hujan. Namun aku salah. Aku masih cemburu melihat kedekatanmu dengannya, otakku berubah gila karena setiap saat ada kau di kepalaku.

Perlahan aku mulai bertingkah pura-pura lupa tentang bagaimana kita bertemu, dan bagaimana kita berpisah.

Perlahan aku mulai pura-pura bertingkah baik-baik saja, seakan kau bukan bagian penting dalam kehidupanku, bertingkah seakan kau bukan lagi poros kehidupanku. Aku pura-pura lupa, jika aku tak ubahnya bulan yang kehilangan mataharinya. Aku mati, bahkan tanpa orang lain mengetahui.

Aku bertingkah pura-pura bahagia, dengan semua kebahagiaan semu di sekelilingku. Aku tak ubahnya robot, dengan program tersenyum dan bahagia untuk apapun. Tapi tanpa ada rasa bahagia itu di dalamnya.

Aku membangun benteng tinggi, dengan pagar berduri di sekelilingnya, berusaha memperingatkanmu bahwa kau tak akan bisa masuk lagi, sekeras apapun tak mencoba. Namun semuanya berantakan. Pagar berduri itu tak ubahnya selembar kertas ketika kau berdiri di hadapanku. Bentengku tak ubahnya istana pasir ketika kau berkata, “Long time no see, babe”
Seketika kakiku lumpuh, otakku mati, sistem tubuhku tak bekerja dengan baik.

Setelah beberapa tahun, kau kembali, dengan dirimu yang sebenarnya. Dan aku tidak mampu untuk menolak, bibirku tak sanggup lagi untuk mengumpat, tanganku seketika lemah tak mampu bergerak.

“Kami akan menikah bulan depan. Ku harap kau mau menyempatkan waktu untuk datang”

Dan bentengku kembali hancur, tepat beberapa tahun sejak kita bertemu, kemudian memutuskan berpisah. Menggunakan embel-embel “mari jadi seseorang yang lebih baik” yang kemudian menghancurkan salah satu perasaan.

Setelah beberapa tahun, dan kemudian takdir mempertemukan kita.

Dan kau..seperti yang ku bilang, kau berubah..

Begitupun aku.

-Ang-

Sabtu, 21 Mei 2016

12-12.30

Suatu saat aku pernah bertanya, padamu, tentang cinta
"Apakah kau mencintaiku ?"
Kau jawab, "Ya, aku mencintaimu.."

Namun aku tak pernah tahu apa kelanjutannya
Ucapanmu selalu berakhir dengan titik titik yang banyak
Tak ubahnya seperti titik air pasca hujan

Suatu ketika akupun pernah bertanya, ketika kita saling bertengkar, menyuarakan pendapat masing masing
Sekali lagi, ini tentang cinta
Yang sesungguhnya tak pernah kita pahami

"Tidakkah kau merindukanku ?"
Aku pernah bertanya, padamu, setelah sekian lama aku pergi

Dan kau diam..
Tanpa menjawab sepatah kata, meski itu hanya seulas senyum tipis yang nyaris tak tampak

12:30
Pada jam itu adalah sudut terbesar, ketika kita saling memunggungi satu sama lain
Ketika kita sudah tidak menjadi kita

12:30
Saat aku dan kau saling memanggil nama masing-masing, namun tiada kata yang terucap
Bibirku terkatup, mulutku tak mampu bicara

Aku dibisukan oleh rindu, benci, dan cinta yang saling menumpuk
Kaupun begitu..

Kita saling memunggungi, tanpa pernah ada yang menoleh, sekalipun untuk membentuk 11:25
Atau 10 :20, bahkan 9:15

Kita tak akan pernah menjadi kita lagi
Kita telah berakhir, yang ada hanya aku dan kau
Yang duduk saling memunggungi
12:30...

-Ang-

Rabu, 18 Mei 2016

11-Suatu Waktu

Ada suatu waktu dimana aku ingin menyendiri, menyuarakan segala kepenatan dalam diam
Membiarkan angin membawa keluh kesahku terbang, menembus awan, dan mengatakannya pada Tuhan

Ada kalanya ketika aku ingin menangis, dalam diam
Menyuarakan semua kepedihan yang terbentuk paksa

Ada masanya juga dimana aku ingin berteriak, meraung penuh kepedihan, namun tanpa suara

Ada suatu waktu, dimana aku ingin mereka tahu
Aku terlalu lelah, menyimpan segalanya dalam diam
Namun tak mampu bicara

-Ang-

Sabtu, 14 Mei 2016

10-When You're Gone

Aku pernah jatuh cinta, dulu sekali, pada seorang laki-laki yang katanya biasa saja
Aku pernah memupuk rindu, membuatnya terlalu besar, hingga hatiku tak mampu menyimpannya
Kemudian aku membagikannya pada orang lain, hingga kini banyak yang merindukannya

Dulu sekali..
Aku pernah memutuskan tempatku berlabuh, yang ku kira tak akan runtuh
Sampai badai datang, yang kemudian menghancurkannya, membuatku menjauh

Kemudian aku karam, karena aku memang tak mampu berdiri sendiri
Dan ia kembali bangun, namun dengan kapal yang lain

Ia pernah menjadi tempatku berlabuh, namun kemudian pergi
Membiarkan aku karam, jatuh ke dasar laut

Aku tidak mengerti, mengapa ? Adakah yang salah ?
Atau...
Ia terlalu lelah menjadi sandaranku ?

Aku tidak mengerti, dan mungkin tidak akan pernah mengerti

Ketika ia pergi, sejujurnya meninggalkan bekas
Seperti ruam-ruam namun menyakitkan
Terkadang berdarah, bahkan bernanah

Ruam-ruam itu tak akan hilang, bahkan terus ada meski berulang kali aku membebatnya
Ia akan terus berdarah, kemudian bernanah setiap aku melihatmu
Bahkan hanya mendengar nama yang belum tentu itu kau

Ku pikir ini berlebihan..
Namun, ketika kau pergi..
Segalanya menjadi runyam
Bahkan organ tubuhku pun tak mau sejalan

-Ang-

Rabu, 11 Mei 2016

9- 안녕

안녕...
Lama tidak bertemu. Apa kabar ? Ku harap kau baik-baik saja.
Aku merindukanmu, dengan sangat, hingga rasanya ingin mati saja bersamamu...

Apakah kau benar telah pergi ? Atau mereka hanya melemparkan lelucon yang tak lucu ?
Rasanya aku tidak ingin percaya, namun mereka terus saja mengatakannya.

안녕...
Kekasihku, bagian dari kehidupanku..
Atau kini bolehkah ku panggil kau sebagai kenangan ? Karena aku tak ingin menjadikanmu mantan, akupun tak ingin menerima kematianmu..

안녕...
Sekarang aku mulai berpikir, bagaimana bisa aku jatuh cinta padamu ? Padahal ku tahu pasti siapa kau.

Aku memang pernah bercerita, jika aku telah jatuh cinta pada Yoo Si Jin. Tapi itu bukan berarti kau harus sepertinya.
Kau tak harus menjadi Yoo Si Jin, yang pergi jauh untuk negara, menjunjung tinggi perdamaian..
Kau tak harus pula menjadi Seo Dae Yong, yang bahkan rela mengorbankan seluruh hidupnya demi gadis yang ia cintai..

Ah, aku baru ingat.
Kau tidak mencoba seperti Yoo Si Jin atau Seo Dae Yong..
Kau adalah kau..
Karena kau pergi tapi tak pernah kembali..

안녕...
내 사랑... 



Senin, 09 Mei 2016

Song Mino (WINNER) - Fear

Song Mino, atau dikenal pula sebagai WINNER Mino, tahun 2015 lalu sempat mengikuti acara  Show Me The Money 4, dan menjadi runner-up. Saat final, ia menyanyikan lagu berjudul 'Fear' yang dia ciptakan sendiri, menceritakan tentang kehidupannya di masa lampau.

Fear, dalam bahasa indonesia berarti takut. Ada banyak hal yang membuat orang takut, entah itu masa lalu, masa depan, atau mungkin kehidupan masa sekarang. Entah itu tentang cinta, kepercayaan, atau mungkin mimpi, yang mengkhianati satu sama lain, hingga kemudian menimbulkan bekas luka yang tidak akan hilang.

Mino pernah terluka karena cinta dan kepercayaan di masa lalu, yang kemudian membuatnya kehilangan rasa bahagia di masa mudanya. Ia bercerita, ia bekerja setelah dikhianati oleh ayahnya. Tumpuan hidupnya adalah pamannya, yang kemudian meninggal bahkan sebelum Mino sempat menunjukkan kepadanya sebuah kesuksesan.

Akupun begitu. Di masa lalu, aku juga terluka karena cinta dan kepercayaan. Aku mencintainya dengan sangat, menjadikan ia sebagai poros kehidupanku. Aku begitu mempercayakan segala sesuatu padanya, bahkan seluruh hidupku ku persembahkan kepadanya. Namun suatu ketika, aku berubah bagai bumi yang kehilangan mataharinya. Poros kehidupanku hilang. Aku tak ubahnya burung yang kehilangan sayapnya, kucing yang kehilangan empat kakinya, atau kura-kura yang kehilangan cangkangnya. Aku menjadi lemah, lumpuh, kemudian perlahan mati dalam ketidakberdayaan.

Aku mempercayakan hidupku kepadanya, karena aku begitu mencintainya. Aku dibutakan oleh cinta. Cinta berkata, bahwa hidupku akan baik-baik saja dengan ia disampingku. Dan dengan bodoh, aku meng-iya-kan. Kemudian kepercayaan datang, berkata bahwa aku harus mempercayainya, apapun yang terjadi. Sekalipun badai datang, aku harus percaya padanya. Ketika ku tanya mengapa, ia menjawab, "Karena aku selalu tahu tentangmu.."

Aku percaya, benar-benar menyerahkan hidupku padanya. Tapi kemudian dia pergi, meninggalkan aku setelah mematahkan seluruh sayapku. "Agar kau tetap disini, tak lagi terbang", katanya.

Aku menangis, meraung, mengumpat, menyumpah serapah.
Aku marah, malu, dan benci. Aku dibodohi oleh cinta dan kepercayaan.

"Kau tak bisa seperti ini terus. Kau harus bangun, dan mencari pelabuhanmu yang sesungguhnya.." itu kata seorang teman, bermalam-malam setelah ia pergi membawa segenap perasaanku.

Kemudian aku berlatih berdiri, dan berjalan.
Dengan penuh kesungguhan aku mulai melangkah, memantapkan hati untuk meninggalkannya.

Aku melangkah, semakin jauh, namun tak jelas kemana arahnya. Aku bagai kehilangan arah, karena semua tentangku telah dibawa pergi olehnya.
Aku ingin menoleh, tapi aku takut. Terlalu takut hingga rasanya begitu sesak.

Aku berjalan sudah terlalu jauh, dan tidak cukup waktu lagi untuk kembali. Setiap cermin yang ku temui selalu mengejek, berkata bahwa aku lemah, lumpuh, dan lebih baik mati saja. Aku mulai gila, melempar semua cermin yang ada. Ia jahat, sangat jahat.

Aku meringkuk dalam diam, tak mampu untuk sekedar menatap sekeliling yang penuh cermin. Aku takut, karena cermin-cermin itu sangat jahat. Mereka jahat karena mengataiku jahat.

Ketakutan itu semakin menyeruak, tumpah ruah di dalam dada, membuatnya menggembung kemudian meledak.

Berulangkali aku mengumpat, meracau, meraung. Nada suaraku naik, namun mataku tertutup rapat. Aku takut, teramat takut, hingga kemudian memilih untuk mati.

Keputusanku bulat, sangat bulat. Namun aku terlalu takut untuk mati.

Aku takut dengan segala bentuk kehidupanku. Dan itu semua karena cinta dan kepercayaan yang aku berikan secara cuma-cuma. Aku terlalu lugu untuk mengatakan 'tidak', dan terlalu naif untuk bersabda, bahwa jauh dilubuk hati aku selalu kecewa, karenamu, karenanya, yang membawa pergi seluruh sayapku.

-Ang-

Sabtu, 07 Mei 2016

8-Sweet Pumpkin

Tiada seorangpun yang mengerti, ketika aku mengikatkan diri pada seutas tali bernama cinta
Tiada yang tahu, sekalipun itu kau

Tiada yang tahu..
Ketika sepotong labu manis dicelupkan dalam darah, terasa anyir
Hilang manisnya

Tiada yang tahu..
Jika kini akulah labu manis itu
Yang tercelup dalam kubangan lumpur, hingga tak mampu dikenali

Hingga lumpur-lumpurku mengering, menjadi kerak menjijikan

Tiada yang mengerti..
Bahkan hatiku sendiri

Aku jatuh, sakit, dan terluka
Bagai sepotong kecil labu manis yang terjatuh dan dihempas kaki-kaki manusia

Aku jatuh, sakit, dan terluka
Yang bahkan aku tidak mengerti mengapa

Tiada seorangpun yang mengerti, jika aku telah jatuh terlalu dalam
Kemudian lupa cara kembali ke darat
Hingga membiarkan segalanya berubah kelam, menyedihkan

-Ang-

Rabu, 04 Mei 2016

BTS - Young Forever

Beberapa hari yang lalu, BTS atau 방탄소년단 atau dapat juga dieja sebagai bangtan seonyondan, baru saja meluncurkan music video dari young forever, salah satu track di album "The Most Beautiful Moment in Life Young Forever". Album ini bisa dibilang adalah seri terakhir dari trilogi HYYH, yang pada tahun lalu telah rilis part 1 dan part 2.

Sejak HYYH part 1, ada beberapa lagu yang boleh dibilang ear-catching, yang tidak hanya enak didengar, melainkan juga memiliki arti yang juga mengena di hati. Salah satunya adalah young forever ini. Konsep dari music video ini sebenarnya cukup simpel, tiap member berjalan di dalam labirin, yang diakhiri dengan mereka keluar dan berjalan bersama-sama. Ditengah-tengahnya, disisipi adegan dari music video yang sebelumnya, seperti potongan dari I Need You dan RUN.

Young Forever, bila dialih bahasakan, akan berarti selamanya muda. Ini bercerita tentang bagaimana masa muda akan selalu menjadi kenangan, seburuk apapun bentuknya. Karena ketika kamu tua, masa muda ini akan selalu menjadi cerita, entah bagi anak-anakmu kelak, cucu-cucumu, atau mungkin menjadi kenangan manis saat reuni sekolah.

Ada banyak hal yang selalu ingin kamu lakukan saat muda, termasuk juga aku. Ada banyak hal juga yang tanpa sebab kamu khawatirkan. Kamu terlalu takut untuk maju, meski hanya selangkah. Kamu terlalu takut, bahwa apa yang kamu lakukan akan merusak segalanya.

Saat remaja, ada banyak hal yang kita pikirkan sebagai hal yang rumit. Ada banyak hal yang ingin kita lakukan, yang ketika masih lebih muda kita tidak boleh melakukannya. Tapi ada banyak hal juga yang dianggap orang dewasa sebagai hal yang sia--sia.

Semakin lama berjalannya waktu, orangtua akan meminta kita berubah menjadi dewasa. 20 tahun. Itu adalah usia ketika orang dewasa menganggap kita adalah bagian dari mereka, meski sebenarnya jiwa kita masih tidak ingin berpindah. 

Aku masih ingin menjadi diriku yang sekarang, sekalipun mereka menganggap itu kekanakan. Aku belum cukup akal untuk disebut dewasa, karena aku masih terus menganggap banyak hal menjadi rumit.

Terkadang aku masih takut menatap ke depan, karena masa lalu masih ingin membelenggu. Aku masih takut untuk memikirkan sesuatu yang lebih serius, dan akhirnya aku hanya mampu menatap kosong ke depan.

Terlalu banyak hal yang aku takutkan, tentangmu, tentangnya, bahkan tentang masa lalu yang tidak ingin aku ingat.

Saat muda, selalu ada kesakitan yang tercipta, entah itu karena teman, sahabat, keluarga, ataupun cinta. Mungkin aku pernah ingin meminum penenang agar segalanya tampak baik-baik saja. Namun, benarkah ? Ataukah aku hanya akan mengacaukan segalanya ?

Ada banyak sekali hal yang ketika kita muda ingin kita lakukan, namun sayangnya tak semua mampu kita lakukan. Selalu ada pagar-pagar kawat yang membelenggu, dan kita terlalu takut untuk melepaskan diri.

Namun, seperti apa yang BTS katakan, sekalipun kita jatuh dan terluka berkali-kali, kita harus selalu bisa bangkit kembali, kemudian mengejar mimpi-mimpi yang dulunya hanya berada di dalam kepala, bersembunyi diantara ganglion-ganglion, terbelenggu oleh pagar kawat tak kasat mata.

Setidaknya kita telah berusaha untuk melakukan yang terbaik, mempersembahkan yang terindah. Sekalipun tak seorangpun yang tahu, setidaknya kita telah mencoba. 

Karena kita masih muda, dan selamanya tetap muda...
















7-Kadangkala

Kadangkala rindu itu masih meletup-letup, pelan namun menyakitkan
Ia mengulang semua masa lalu, mengulang kembali apa yang pernah terjadi
Kadangkala penyesalan itu masih ada, meski tak setinggi dahulu

Kamu pergi, bahkan setelah melambungkanku begitu tinggi
Kamu membawaku jauh ke atas, menembus awan, merengkuhku dengan erat
Kemudian menghempaskanku ke bawah tanah, menembus inti bumi

Kadangkala aku ingin marah, ketika tak sengaja aku membaca semuanya
Aku ingin berteriak, menyuarakan segala kesakitanku

Kadangkala..
Ah, kadangkala semuanya terlalu abu-abu
Bahkan tentang kita,
Aku dan kamu.

Jika mungkin...
Hanya jika mungkin..
Aku ingin kembali ke masa lalu, menyuarakan segala kesakitan yang tak pernah terdengar

Jangan pernah kau pikir aku baik-baik saja

Dulu...bahkan sangat dulu...
Ketika semuanya masih begitu indah
Aku dan kamu saling malu-malu, menyembunyikan rona merah pipi masing-masing

Tapi semuanya telah berbeda

Kini, aku hanya sanggup memutar masa lalu, lewat kadangkala yang hanya sebatas kadangkala

Ah, kadangkala..
Aku ingin kembali
Namun hanya kadangkala...

-Ang-