Sabtu, 16 April 2016

1-Topeng

Entah, sudah berapa lama aku hidup dalam kepura-puraan, bahkan aku sudah lupa seperti apa aku. Aku sudah lupa bagaimana caranya tersenyum tanpa merasa sakit. Aku sudah lupa bagaimana rasanya tertawa tanpa beban. Bahkan aku sudah lupa bagaimana rasanya bahagia. Entahlah, apakah yang selama ini aku pikir bahagia adalah bahagia. Semuanya sama. Hambar.

Seringkali aku diam, memikirkan 'bagaimana bila'. Bagaimana bila dulu aku memilih tempat yang berbeda, atau bagaimana bila aku mati. Akankah Tuhan mengutukku ? Sekali waktu, aku ingin bunuh diri. Tapi semua itu hanya keinginan semata. 'Tuhan akan mengutuk roh orang yang mati bunuh diri', itu yang selalu aku percaya. Tapi bisakah aku melakukannya bila suatu saat aku lelah ?

Aku sudah terlalu lama hidup dalam kepura-puraan. Aku pura-pura tuli, pura-pura tak melihat, pura-pura tak peduli. Bahkan karena terlalu lama, aku sudah lupa bagaimana caranya peduli.

Setiap manusia memiliki batas kesabaran bukan ? Akupun juga. Mereka hanya bicara omong kosong, tapi tidak tahu faktanya. Aku selalu bersembunyi, sengaja. Mungkin karena aku tidak ingin merasa sakit lagi. Atau mungkin karena aku sudah lupa bagaimana caranya bicara. Kau tahu ? Aku hidup dalam balutan topeng. Dan sekarang aku mulai lelah, mulai terus menangis bahkan tanpa tahu mengapa.

Entah, jangan tanyakan bagaimana perasaanku. Perasaanku mati, mungkin telah lama mati.
Aku sudah tahu bagaimana rasanya sakit, aku sudah terlalu sering merasakannya, bahkan tanpa ada yang menyadari. Aku selalu diam-diam menyimpannya sendiri, memasukannya dalam sebuah kotak yang melayang di pertengahan perasaan. Terus begitu. Berusaha agar segalanya tampak baik-baik saja. Berusaha terlihat bahagia, meski jauh di dalam sana ada sebuah kepedihan.

Aku mulai lelah, berkali-kali berpikir bagaimana jika aku pergi. Bagaimana jika aku menjadi Do Min Joon saja, yang mampu ber-teleport ke tempat lain. Mungkin jika aku menjadi ia, aku akan berteleport ke pantai super sepi saat aku hancur.

Aku lelah, bahkan terlalu lelah. Aku mulai bertingkah seperti Cheon Song Yi yang ditinggal pergi Do Min Joon. Rasanya ingin mati. Tapi aku masih takut pada Tuhan. Aku takut Tuhan akan mengutukku. Aku takut jika nyawaku dibiarkan melayang dalam perasaan dingin.

Aku merasa lelah, terus menerus bersembunyi dibalik senyum palsu. Aku lelah bertingkah baik-baik saja, tapi aku tak akan bisa berubah. Perasaanku sudah pergi, mungkin dimakan dementor. Atau mungkin, akulah yang membunuh perasaanku sendiri, membiarkannya menjadi dingin, kemudian mati secara perlahan.

Sekali saja aku ingin kembali, mungkin ke masa saat Tuhan belum menurunkan aku ke bumi. Aku ingin bicara pada-Nya, aku ingin mengatakan pada-Nya agar takdirku dibelokkan saja. Aku ingin merasa bahagia, meski itu hanya sebuah angan-angan.

Mereka tidak mengerti, tidak akan ada yang mengerti bagaimana aku. Bahkan akupun tidak.
Aku sakit, Ibu, sangat sakit jika kau tahu. Bukan fisikku, tapi perasaanku. Aku lelah, aku lelah untuk terus berpura-pura. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya bicara. Aku sudah terlalu lama diam dalam semua kepalsuan.

Perasaan bahagiaku seakan tak berguna, karena aku terlalu lama menyembunyikannya. Bolehkah Tuhan ? Bolehkah aku membagikan kebahagiaanku pada semua orang yang aku cintai ? Termasuk dia, laki-laki yang tak ingin ku sakiti. Ia laki-laki baik hati, yang bahkan telah mengambil hatiku sejak dua tahun yang lalu. Aku ingin ia selalu bahagia, Tuhan. Bisakah ?

Aku tak apa bila kemudian aku hidup tanpa perasaan. Aku hanya tidak ingin terus merasa sakit. 

Aku lelah, bahkan sangat lelah untuk terus hidup di balik topeng.

-Ang-

0 komentar:

Posting Komentar