Sabtu, 20 Agustus 2016

19-See You Later

Karena rindu itu tidak berwujud, dan aku masih tetap duduk dalam diamku.
Kau, masih setia dengan segala kesibukanmu yang semu.

Karena perih itu hanya rasa, dan aku yang merasakannya dalam kerinduan tak berujung.
Kau, masih tetap diam tanpa suara, dengan segala ketidak pekaanmu tentangku.
Tentang kau pun, dan tentang rindu yang membelengguku.
Tentang kita, yang semakin lama semakin tidak menentu.
Dan tentang cinta, yang semakin tipis termakan jarak.

Karena sesal hanya akan datang diakhir, dan aku masih berpikir berulang kali tentang itu.
Kau, masih tetap diam tak peduli, mengacuhkan segala upaya yang aku lakukan.

Aku telah menuliskan segalanya dalam surat yang kini kau pegang.
Tentang perasaanku, dan mengapa aku memilih pergi.

Kau tahu ? Kupikir kau tahu.
Bahwa rindu itu setajam belati, seperih pengkhianatan, dan mematikan laksana racun.

Kau tahu ? Seharusnya kau tahu.
Bahwa aku tidak tahu, tidak benar-benar tahu, tentang rasa sakit yang menggerogoti jiwa.

Hai, kau yang masih duduk diam menggenggam surat yang ku tulis.
Selamat tinggal, ah, bukan, sampai jumpa..
Entah kapan, dimana, dan dengan siapa.

Sampai jumpa di kehidupan berikutnya, atau mungkin masa yang akan datang.
Entah sendiri, berdua, atau dengan keluargamu.

Hai, kau yang masih termenung menatap jendela dengan secarik surat di tanganmu.
Sampai jumpa, entah kapan..
Ku harap kau selalu bahagia.

Best regards,
Yours.

-Jojogan-Pemalang, 26 Juni 2016-

Sabtu, 13 Agustus 2016

18-God Always Know

Hai, masa lalu yang pernah singgah.
Apa kabar ? Ku harap kau selalu baik-baik saja, meski aku tak pernah mengharap kau untuk kembali.
Sudah cukup lama sejak saat itu, ketika kau dan aku memutuskan mengakhiri semuanya.
Ah, bukan kau dan aku, melainkan hanya kau.
Ya, hanya kau.

Jika kau bertanya sekali lagi, benarkah aku masih mengharapkan kau kembali ?
Jawabanku akan selalu sama. Aku tak akan mengharapkan kau lagi.
Tidak akan pernah.

Kau tahu, wahai masa lalu ?
Aku bukan lagi aku.
Aku bukan lagi seorang gadis manis yang polos, yang dengan mudah kau tipu dengan segala janji manismu.

Kau tahu, wahai laki-laki yang pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan percintaanku ?
Aku benar-benar sudah berubah
Menjadi sosok yang berbeda, yang bukan aku.

Karma selalu ada, dan aku percaya, wahai masa lalu-ku yang sempat ku puja dengan sangat.
Dan Tuhan tidak akan tinggal diam.

Kau tahu ? Kadang pembalasan dendam memang lebih menyenangkan, namun aku tidak akan melakukannya.

Kau tahu ? Kadang aku memang masih merindukan hadirmu, namun aku tidak serapuh itu untuk mengemismu kembali.

Tuhan selalu tahu, wahai kau.
Tuhan selalu tahu, meski aku tak tahu tentangku, dan kau tak tahu tentangmu.

Hai, masa lalu.
Ku harap kau masih baik-baik saja setelah apa yang kau lakukan padaku.
Karena Tuhan selalu tahu, dan kau tahu itu.


Sincerely yours,
-Ang-
Jojogan-Pemalang, 30 Juni 2016

Rabu, 08 Juni 2016

17-Karena Rindu

Karena rindu itu tak ubahnya belati bersarung, yang bila sarungnya dilepas dan kau tahan terlalu lama, rasanya akan menyakitkan.
Dan kau tahu apa yang lebih menyakitkan ?
Menahan belati itu agar tidak lepas dari sarungnya
Itu sulit, sangat sulit
Karena kau selalu ada di sekitar lintasan orbitku, melepaskan sarungnya perlahan tanpa aku ketahui

Kau tahu ? Aku merindukanmu sudah lama, cukup lama jika kau penasaran.
Dan aku menahannya, menikmati rasa sakit karena rinduku padamu begitu menyiksa.

Kau tahu ? Di tiap-tiap malam aku menangis, merengek, meracau karena aku rindu.

Aku rindu kau, sialan.
Aku rindu kau, yang bahkan tidak pernah tahu eksistensiku

Jika kau tanya, aku ini siapa ?
Akankah kau percaya jika ku bilang aku pengagummu ?
Yang bertahun-tahun menyimpan cerita, yang kemudian berkembang menjadi rindu

Aku menahannya bertahun-tahun, yang mungkin akan berkembang menjadi puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun
Aku merasakan sakitnya, yang orang bilang itu malarindu

Hai,kau..
Bisakah sekali saja kau berbalik ke arahku ?
Atau...bisakah kau keluar dari lintasan orbitku ?
Agar setidaknya....rasa rindu ini tidak begitu menyiksa.
Atau mungkin tidak...

-520-

Sabtu, 04 Juni 2016

16-Toy

Hai, masih ingatkah kau tentangku ?
Aku yang dulu selalu kau puja, kau bilang aku hidupmu, kau bilang kau mati tanpaku.
Akankah itu masih bisa kau katakan sekarang ?

Lima tahun..
Ini adalah tahun kelima sejak kita memutuskan untuk berpisah.
Ah, atau haruskah aku memperjelas jika kau yang membuangku ?
Setelah semua yang ingin kau lakukan tercapai, dan setelah ia menjadi selangkah lebih dekat denganmu.

Mungkin aku terlalu buta, jika kau hanya mempermainkanku.
Aku terlalu lugu, dengan berpikir bahwa kau berbeda dengan yang lalu lalu.

Kau bahkan tidak pernah peduli dengan perasaanku.
Atau kau hanya pura-pura peduli ?
Ah, mungkin kau hanya pura-pura
Agar semuanya terasa nyata
Agar aku menganggap kau sungguh jatuh cinta padaku.

Selamat ! Kau memang aktor yang baik.
Aku menganggap kau jatuh cinta padaku, dan aku semakin tenggelam dalam perasaan penuh cintaku padamu.

Sungguh, jika kau ingin tahu, rasanya begitu sakit ketika aku tahu bahwa semua yang kau lakukan hanyalah semu.
Fakta bahwa aku hanya kau permainkan, itu sungguh menyakitiku
Tidakkah kau pernah menyadari ?
Atau kau memang tak lagi memiliki hati ?

Ah…
Rasanya begitu rendah ketika mengingatmu.
Aku hanya mainanmu, yang kemudian mampu kau kendalikan.
Bahkan boneka kayu mungkin lebih berharga

Jika kau masih ingat, karma masih ada, dude
Dan aku selalu percaya, kelak akan ada balasannya untukmu

Jika kau ingin bertanya, bagaimana denganku..
Ku pikir namamu sudah aku hapus dari dalam hatiku.
Bahkan tak lagi ada setitikpun tentangmu disini
Ku pikir, sampai kapanpun, aku tidak lagi mampu kau permainkan.
Apalagi dengan sesuka hati.

-Ang-

Rabu, 01 Juni 2016

15-Kau.

Semalam aku memimpikanmu lagi, entah sudah yang ke berapa kalinya.
Kau masih sama, datang padaku dengan senyum merekah, kemudian merengkuhku dalam pelukanmu. “Aku mencintaimu..”, bisikmu. “Aku tahu..”, dan aku menjawab begitu.
Dan kau masih juga sama, tak ingin memberitahuku siapa namamu.

Kau tahu ? Aku mengenal aromamu, sentuhanmu, dan suaramu. Aku tak merasa asing dengan kau, tapi siapa ?
Berulangkali aku bertanya padamu, “Siapa kau ?” dan yang ku terima hanya keterdiamanmu, dan tatapan yang berubah sendu.
“Tak perlu kau tahu aku, babe…Kau harus tahu aku mencintaimu, dengan sangat..”

Banyak yang bilang, saat aku memimpikanmu maka sesungguhnya kau sedang merindukanku. Namun, siapa kau ?
Aku mengenal segala perlakuanmu, namun aku tak mengingat siapa kau.

“Kau..apakah kau bagian dari masa lalu-ku ?”, suatu ketika aku bertanya, setelah sekian lama kau selalu hadir dalam mimpiku.
Dan kau hanya  diam, dengan sepasang lenganmu yang semakin erat memelukku.
“Kau tak perlu tahu, cinta..”, bisikmu, sebelum kemudian kau menghilang, seiring dengan bumi yang memanggilku kembali.

Aku selalu memimpikanmu, bahkan setiap malam. Aku merasa mengenal segala perlakuanmu, namun tak tahu siapa kau. Bahkan aku mulai sering mendengar suaramu, dan seakan melihatmu di depan mataku.

“Sepertinya kau butuh istirahat..”, itu yang orang-orang bilang saat aku bersikeras melihatmu. Dan aku selalu menolak itu.
“Aku sungguh-sungguh melihatnya, namun ia tak sendiri..”, kataku.
Suatu malam aku bertemu denganmu lagi, dalam mimpi. Kali ini aku hanya diam, tak ingin menanyakan apapun, karena kau tak pernah mau menjawab.
“Aku memang bagian dari masa lalu-mu, cinta…”, bisikmu, tak membiarkan aku melihat matamu.
“Kenapa kau memberitahukanku sekarang ?”, aku bertanya, benar-benar hanya ingin tahu.
Dan lagi-lagi kau hanya diam tak menjawab.

Aku masih tidak mengerti, apakah yang ku mimpikan benar adanya. Apakah kau benar masa laluku, atau apakah aku tidak berhalusinasi saat melihatmu merengkuh pinggang seseorang saat lewat di hadapanku.

“Aku pernah menyakitimu dengan sangat, cinta..Dan karenanya aku tak ingin kau tahu siapa aku..”, suatu malam kau berbisik lagi padaku, bahkan tanpa aku memintanya.

Dan seketika aku mengingatmu. Semua tentangmu, tentang baik burukmu. Aku mengingatnya, bahkan hingga titik terlama dalam perjalanan singkat kita.
Kau pernah ada dalam hidupku, merengkuh tubuhku, menggenggam tanganku, dan tersenyum untukku.
Kau pernah melakukan itu semua, dan aku mengingatnya.
Sebelum kemudian kau melemparkanku ke titik bumi paling dalam, membiarkan aku jatuh dalam kubangan lumpur hisap hingga aku tak mampu kembali.

Kau adalah kau, yang dulu pernah ku cinta dengan sangat.
Bahkan kini aku masih tak mampu membencimu.

-Ang-

Sabtu, 28 Mei 2016

14-Percaya

Halo, kamu yang pernah aku percaya dengan sangat.
Banyak ceritaku yang kamu simpan, banyak pula rahasiaku yang ada padamu.
Aku begitu mempercayaimu, bukan ?

Setengah mati, aku percaya padamu seperti aku percaya pada sebagian jiwaku yang ia genggam.
Aku percaya, hingga ku biarkan setengah hidupku kau genggam.

Banyak orang yang bilang, 'Jangan terlalu percaya pada orang asing, karena ia bukan bagian dari dirimu'
Tapi kamu tak lagi asing bagiku
Sejak dulu sekali, aku telah mengenalmu, mengenal semua tentangmu

Seringkali aku menangis di pelukanmu, bersandar di bahumu, menumpukan keluh kesahku padamu.
Seakan kamu memang tercipta untuk menjadi bagian dari perasaanku

Tentangnya, akupun sering bercerita, bukan ?
Tentang bagaimana ia datang, memanjakanku, dan kini melepaskanku dari langit.
Aku jatuh, dan ingin kamu menarikku.

Kamu menarikku, memang.
Menggenggam kembali tanganku, sangat erat hingga aku merasa sangat nyaman.
Aku memang nyaman, hingga aku bercerita bagaimana ia mengkhianatiku.

Ku pikir kamu akan seperti biasanya, memelukku, membisikkan kata-kata penuh kebahagiaan.

Tapi ternyata aku salah. Salah besar.
Kamu yang aku percayai, yang ku pasrahkan sebagian hidupku, ternyata menjatuhkanku lebih dalam.
Kamu seperti ia, bahkan lebih buruk.

Aku jatuh, sakit, dan kemudian terluka parah.
Lantas, apa yang kamu lakukan ?Ongkang-ongkang kaki dengan penuh kepongahan.

Aku meratap, menatap penuh air mata.
Lantas, apa yang kamu lakukan ? Berpura tidak melihat, bahkan dengan sengaja menginjakku.

Kepercayaan itu, ah, kamu kemanakan ?
Aku yakin semuanya telah kamu sobek habis, bukan ?
Kamu menghancurkannya, kemudian membuangnya seakan apa yang ku beri hanya sampah.

Aku bisa apa ?
Air mataku sudah habis terkuras.
Hatiku sudah teramat lelah, bahkan sangat lelah.

Halo, kamu yang dulu aku percayai.
Bisakah aku meminta kembali semua kepercayaan yang aku beri kepadamu ?
Aku ingin mengambilnya, kemudian menyimpannya untukku
Hanya untukku, tanpa ingin membaginya lagi.

-Ang-

Rabu, 25 Mei 2016

13-A Few Years Later

Hai, terkadang aku masih ingin mengatakannya padamu. Lepas sekian tahun kita tidak bertemu, tidak saling bertatap muka, sekalipun itu hanya melempar senyum.

Sudah beberapa tahun, apakah aku masih dapat mengenalimu ? Melempar senyum padamu dari jarak sekian meter seperti dahulu. Ataukah..segalanya telah menjadi berbeda ? Kau berubah, begitupula aku.

Sudah beberapa tahun, semenjak aku melepaskan tanganku dari genggamanmu, dan berkata, “Mari kita bertemu di masa depan, dengan menjadi diri kita masing-masing”.

Sudah beberapa tahun pula, sejak terakhir kali kita jalan bersama, saling menggenggam tangan, melempar tatapan penuh kasih kepada masing-masing.

Aku pikir perasaanku akan segera mengering ketika aku memutuskan untuk lepas darimu, seperti debu yang hilang terbawa hujan. Namun aku salah. Aku masih cemburu melihat kedekatanmu dengannya, otakku berubah gila karena setiap saat ada kau di kepalaku.

Perlahan aku mulai bertingkah pura-pura lupa tentang bagaimana kita bertemu, dan bagaimana kita berpisah.

Perlahan aku mulai pura-pura bertingkah baik-baik saja, seakan kau bukan bagian penting dalam kehidupanku, bertingkah seakan kau bukan lagi poros kehidupanku. Aku pura-pura lupa, jika aku tak ubahnya bulan yang kehilangan mataharinya. Aku mati, bahkan tanpa orang lain mengetahui.

Aku bertingkah pura-pura bahagia, dengan semua kebahagiaan semu di sekelilingku. Aku tak ubahnya robot, dengan program tersenyum dan bahagia untuk apapun. Tapi tanpa ada rasa bahagia itu di dalamnya.

Aku membangun benteng tinggi, dengan pagar berduri di sekelilingnya, berusaha memperingatkanmu bahwa kau tak akan bisa masuk lagi, sekeras apapun tak mencoba. Namun semuanya berantakan. Pagar berduri itu tak ubahnya selembar kertas ketika kau berdiri di hadapanku. Bentengku tak ubahnya istana pasir ketika kau berkata, “Long time no see, babe”
Seketika kakiku lumpuh, otakku mati, sistem tubuhku tak bekerja dengan baik.

Setelah beberapa tahun, kau kembali, dengan dirimu yang sebenarnya. Dan aku tidak mampu untuk menolak, bibirku tak sanggup lagi untuk mengumpat, tanganku seketika lemah tak mampu bergerak.

“Kami akan menikah bulan depan. Ku harap kau mau menyempatkan waktu untuk datang”

Dan bentengku kembali hancur, tepat beberapa tahun sejak kita bertemu, kemudian memutuskan berpisah. Menggunakan embel-embel “mari jadi seseorang yang lebih baik” yang kemudian menghancurkan salah satu perasaan.

Setelah beberapa tahun, dan kemudian takdir mempertemukan kita.

Dan kau..seperti yang ku bilang, kau berubah..

Begitupun aku.

-Ang-