Rabu, 25 Mei 2016

13-A Few Years Later

Hai, terkadang aku masih ingin mengatakannya padamu. Lepas sekian tahun kita tidak bertemu, tidak saling bertatap muka, sekalipun itu hanya melempar senyum.

Sudah beberapa tahun, apakah aku masih dapat mengenalimu ? Melempar senyum padamu dari jarak sekian meter seperti dahulu. Ataukah..segalanya telah menjadi berbeda ? Kau berubah, begitupula aku.

Sudah beberapa tahun, semenjak aku melepaskan tanganku dari genggamanmu, dan berkata, “Mari kita bertemu di masa depan, dengan menjadi diri kita masing-masing”.

Sudah beberapa tahun pula, sejak terakhir kali kita jalan bersama, saling menggenggam tangan, melempar tatapan penuh kasih kepada masing-masing.

Aku pikir perasaanku akan segera mengering ketika aku memutuskan untuk lepas darimu, seperti debu yang hilang terbawa hujan. Namun aku salah. Aku masih cemburu melihat kedekatanmu dengannya, otakku berubah gila karena setiap saat ada kau di kepalaku.

Perlahan aku mulai bertingkah pura-pura lupa tentang bagaimana kita bertemu, dan bagaimana kita berpisah.

Perlahan aku mulai pura-pura bertingkah baik-baik saja, seakan kau bukan bagian penting dalam kehidupanku, bertingkah seakan kau bukan lagi poros kehidupanku. Aku pura-pura lupa, jika aku tak ubahnya bulan yang kehilangan mataharinya. Aku mati, bahkan tanpa orang lain mengetahui.

Aku bertingkah pura-pura bahagia, dengan semua kebahagiaan semu di sekelilingku. Aku tak ubahnya robot, dengan program tersenyum dan bahagia untuk apapun. Tapi tanpa ada rasa bahagia itu di dalamnya.

Aku membangun benteng tinggi, dengan pagar berduri di sekelilingnya, berusaha memperingatkanmu bahwa kau tak akan bisa masuk lagi, sekeras apapun tak mencoba. Namun semuanya berantakan. Pagar berduri itu tak ubahnya selembar kertas ketika kau berdiri di hadapanku. Bentengku tak ubahnya istana pasir ketika kau berkata, “Long time no see, babe”
Seketika kakiku lumpuh, otakku mati, sistem tubuhku tak bekerja dengan baik.

Setelah beberapa tahun, kau kembali, dengan dirimu yang sebenarnya. Dan aku tidak mampu untuk menolak, bibirku tak sanggup lagi untuk mengumpat, tanganku seketika lemah tak mampu bergerak.

“Kami akan menikah bulan depan. Ku harap kau mau menyempatkan waktu untuk datang”

Dan bentengku kembali hancur, tepat beberapa tahun sejak kita bertemu, kemudian memutuskan berpisah. Menggunakan embel-embel “mari jadi seseorang yang lebih baik” yang kemudian menghancurkan salah satu perasaan.

Setelah beberapa tahun, dan kemudian takdir mempertemukan kita.

Dan kau..seperti yang ku bilang, kau berubah..

Begitupun aku.

-Ang-

0 komentar:

Posting Komentar