Hai,
terkadang aku masih ingin mengatakannya padamu. Lepas sekian tahun kita tidak
bertemu, tidak saling bertatap muka, sekalipun itu hanya melempar senyum.
Sudah
beberapa tahun, apakah aku masih dapat mengenalimu ? Melempar senyum padamu
dari jarak sekian meter seperti dahulu. Ataukah..segalanya telah menjadi
berbeda ? Kau berubah, begitupula aku.
Sudah
beberapa tahun, semenjak aku melepaskan tanganku dari genggamanmu, dan berkata,
“Mari kita bertemu di masa depan, dengan menjadi diri kita masing-masing”.
Sudah
beberapa tahun pula, sejak terakhir kali kita jalan bersama, saling menggenggam
tangan, melempar tatapan penuh kasih kepada masing-masing.
Aku
pikir perasaanku akan segera mengering ketika aku memutuskan untuk lepas
darimu, seperti debu yang hilang terbawa hujan. Namun aku salah. Aku masih
cemburu melihat kedekatanmu dengannya, otakku berubah gila karena setiap saat
ada kau di kepalaku.
Perlahan
aku mulai bertingkah pura-pura lupa tentang bagaimana kita bertemu, dan
bagaimana kita berpisah.
Perlahan
aku mulai pura-pura bertingkah baik-baik saja, seakan kau bukan bagian penting
dalam kehidupanku, bertingkah seakan kau bukan lagi poros kehidupanku. Aku
pura-pura lupa, jika aku tak ubahnya bulan yang kehilangan mataharinya. Aku
mati, bahkan tanpa orang lain mengetahui.
Aku
bertingkah pura-pura bahagia, dengan semua kebahagiaan semu di sekelilingku.
Aku tak ubahnya robot, dengan program tersenyum dan bahagia untuk apapun. Tapi
tanpa ada rasa bahagia itu di dalamnya.
Aku
membangun benteng tinggi, dengan pagar berduri di sekelilingnya, berusaha
memperingatkanmu bahwa kau tak akan bisa masuk lagi, sekeras apapun tak
mencoba. Namun semuanya berantakan. Pagar berduri itu tak ubahnya selembar
kertas ketika kau berdiri di hadapanku. Bentengku tak ubahnya istana pasir
ketika kau berkata, “Long time no see, babe”
Seketika
kakiku lumpuh, otakku mati, sistem tubuhku tak bekerja dengan baik.
Setelah
beberapa tahun, kau kembali, dengan dirimu yang sebenarnya. Dan aku tidak mampu
untuk menolak, bibirku tak sanggup lagi untuk mengumpat, tanganku seketika
lemah tak mampu bergerak.
“Kami
akan menikah bulan depan. Ku harap kau mau menyempatkan waktu untuk datang”
Dan
bentengku kembali hancur, tepat beberapa tahun sejak kita bertemu, kemudian
memutuskan berpisah. Menggunakan embel-embel “mari jadi seseorang yang lebih
baik” yang kemudian menghancurkan salah satu perasaan.
Setelah
beberapa tahun, dan kemudian takdir mempertemukan kita.
Dan
kau..seperti yang ku bilang, kau berubah..
Begitupun
aku.
-Ang-
0 komentar:
Posting Komentar